Camilan Tradisional dan Kekinian yang Populer Setelah Lebaran
Nikmati ragam camilan
Indonesia yang enak dan khas setelah Lebaran, mulai dari rengginang hingga
donat ubi ungu. Perpaduan rasa, tradisi dan inovasi.
![]() |
Rengginang Makanan Khas Jawa Barat |
BACADOLOE.COM,
- Indonesia dikenal sebagai negeri dengan kekayaan kuliner yang luar biasa,
termasuk dalam hal camilan. Ragam makanan ringan yang kita miliki bukan hanya
enak, tetapi juga menyimpan cerita budaya dan lokalitas. Bahkan saat ini,
banyak platform seperti sukangemil
yang membantu masyarakat mengenal dan mendapatkan camilan khas dari berbagai
daerah secara mudah. Pasca Lebaran, camilan tradisional sering kali masih
tersedia dalam jumlah banyak dan menariknya tidak kalah nikmat meski disimpan
beberapa hari atau bahkan minggu setelah hari raya.
Dalam kacamata budaya,
camilan pasca hari raya merupakan bagian dari warisan kuliner yang sarat makna.
Banyak camilan tradisional yang dibuat secara turun-temurun menggunakan resep
keluarga bahkan menjadi identitas lokal. Rengginang dari Jawa Barat, lempeng
sagu dari Sulawesi atau bagea dari Maluku adalah contoh camilan yang bukan
hanya enak tapi juga membawa cerita tentang rumah, keluarga, dan kampung
halaman.
Sebut saja rengginang kerupuk
tebal berbahan dasar nasi atau ketan yang dikeringkan lalu digoreng. Gurih,
renyah dan bisa dinikmati kapan saja. Rengginang tak hanya digemari karena
rasanya tapi juga karena daya tahannya yang lama. Ia seperti penjaga rasa yang
tetap setia menemani bahkan ketika toples kue Lebaran lain sudah kosong.
Lalu ada emping melinjo
camilan dengan rasa sedikit pahit namun justru itulah daya tariknya. Emping
bisa menjadi penyeimbang setelah terlalu banyak menyantap kue kering manis saat
hari raya. Atau keripik tempe yang meskipun sederhana, selalu berhasil jadi
camilan favorit lintas generasi.
Di banyak daerah rempeyek
kacang atau rempeyek teri menjadi andalan. Camilan ini sering kali dibuat dalam
jumlah besar saat menjelang Lebaran, dan masih dinikmati berminggu-minggu
setelahnya. Rasanya gurih dan bertekstur renyah sangat cocok untuk teman minum
teh atau kopi sore.
Tak hanya camilan asin,
Indonesia juga punya segudang makanan ringan manis yang cocok disantap pasca
Lebaran. Kue sagon misalnya adalah penganan khas dari kelapa parut dan tepung
ketan yang dibakar. Rasanya legit, sedikit smoky dan sangat cocok untuk
dinikmati dalam suasana santai bersama keluarga.
Kemudian ada tape goreng
olahan tape singkong yang dibalut tepung dan digoreng hingga kecokelatan.
Rasanya manis-asam lembut didalam dan renyah di luar. Tape goreng bukan hanya
camilan tapi juga comfort food yang sering mengingatkan pada masa kecil.
Namun, di tengah arus
modernisasi camilan tradisional ini kini bersaing dengan camilan kekinian yang
tak kalah menggoda. Kita mengenal donat ubi ungu, brownies tape atau bahkan granola
lokal yang mulai banyak diproduksi oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Camilan-camilan ini mencoba
menggabungkan unsur tradisi dan inovasi menjawab kebutuhan masyarakat akan
camilan yang lebih sehat, praktis, namun tetap bercita rasa lokal.
Perubahan gaya hidup juga
mendorong munculnya kesadaran untuk memilih camilan yang lebih sehat pasca
Lebaran. Setelah menikmati makanan tinggi gula dan lemak saat hari raya, banyak
orang mulai mencari camilan rendah kalori, tinggi serat atau berbasis bahan
alami. Untungnya Indonesia punya banyak bahan pangan lokal yang bisa diolah
menjadi camilan sehat seperti pisang, singkong, talas, jagung dan aneka
kacang-kacangan.
Meskipun zaman terus
berubah, camilan tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial masyarakat
Indonesia. Baik itu saat bersantai, saat kembali bekerja, atau sekadar mengisi
waktu di sore hari camilan hadir sebagai teman setia. Bahkan, dalam konteks
pasca Lebaran camilan berperan menjaga kehangatan rumah melanjutkan rasa
kebersamaan meski tamu sudah pulang.
Akhirnya, camilan pasca Lebaran adalah refleksi dari siapa kita sebagai bangsa: kreatif, penuh rasa dan kaya tradisi. Kita boleh menikmati camilan kekinian, tetapi jangan sampai melupakan kekayaan kuliner lokal yang telah mengakar dalam budaya kita. Karena sejatinya setiap gigitan camilan adalah cerita tentang rumah, tentang masa kecil dan tentang rasa yang tak lekang oleh waktu. (*)