Moh. Dasuki, salah satu dosen UIN KHAS Jember |
Bacadoloe.com - Momentum Hari Guru Nasional yang jatuh pada hari Jum'at 25 November 2022, bisa dikatakan menjadi hari kebangkitan guru untuk menjadikan Indonesia lebih kuat dan maju.
Hal tersebut selaras dengan tema Hari Guru Nasional yang diusung oleh PGRI, "Guru Bangkit, Pulihkan Pendidikan: Indonesia Kuat-Indonesia Maju".
Hal itu pula yang menjadi semangat dan motivasi dari seorang dosen di Universitas Islam Negeri KH. Ahmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Moh. Dasuki. Ia menyebutkan bahwa seorang guru harus mempunyai kesabaran dan keikhlasan dalam mendidik dan membimbing seorang siswa.
Selain itu, dosen yang sering di panggil "Cak Prof" Dasuki tersebut, menyatakan momentum Hari Guru Nasional seharusnya menjadi bahan refleksi untuk meneladani seorang guru dengan baik secara ruhaniyah maupun jasadiyah.
"Orang yang digugu dan ditiru ruhaniyahnya dan jasadiyahnya," Buka Cak Prof Dasuki ketika ditanya makna Hari Guru Nasional.
Cak Prof Dasuki juga menekankan bahwa setiap manusia mempunyai sifat dasar yang tidak bisa dipisahkan. Sifat dasar tersebut adalah sifat untuk berbuat salah, khilaf maupun lupa. Oleh karena itu, momentum hari Guru Nasional menurutnya adalah waktu yang sangat bagus untuk merefleksikan diri sebagai insan hamba Tuhan.
"Sabar, ikhlas, qona'ah, istiqomah." Tutupnya.
Beberapa sifat dan karakteristik ideal seorang Guru, setidaknya harus selalu sabar dalam mendidik siswa, ikhlas dalam mengabdi kepada masyarakat, qona'ah dalam menjalankan tugas negara dan tugas tuhan, terakhir istiqomah dalam menyebarkan kebaikan dan mendidik untuk kembali ke jalur memanusiakan manusia.
"Itu dasar manusia pada umumnya, potensi lupa dan khilaf." Ujar Moh. Dasuki saat dikonfirmasi tim Bacadoloe.
Sebagai informasi, Penetapan Hari Guru Nasional setiap tanggal 25 November ini ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Presiden Soeharto Nomor 78 Tahun 1994. Kepres itu diterbitkan untuk memperingati berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Menurut informasi dari laman resmi PGRI, sebelum organisasi PGRI berdiri, para guru membentuk organisasi guru pribumi bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada masa kependudukan Belanda di tahun 1912.
Organisasi itu beranggotakan guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan penilik sekolah bertujuan untuk memperjuangkan anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial, serta latar pendidikan berbeda.
Pewarta : Eru
Editor : Nys