Foto gambar wajah Kiai Abdul Hamid Pasuruan |
Bacadoloe.com - Kiai Abdul Hamid adalah salah satu ulama yang berasal dari Pasuruan dan punya karomah luar biasa. Berbagai hal tak biasa seolah berubah menjadi hal yang biasa, dan dari rentetan peristiwa aneh dan ajaib menjadi bukti karomah dan kewalian Mbah Hamid.
Nama KH Abdul Hamid sudah tidak asing lagi di Indonesia, lebih-lebih mereka yang berasal dari kalangan santri. Kiai Hamid Pasuruan merupakan pengasuh Pesantren Salafiyah ini dikenal dengan keistimewaan dan karomahnya.
KH. Abdul Hamid dilahirkan pada tahun 1333 H, di Desa Sumber Girang, Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Kiai Abdul Hamid dibesarkan di tengah keluarga santri. Ayahnya adalah Kiai umar, seorang ulama di Lasem, dan ibunya adalah anak Kiai Shiddiq, juga ulama di Lasem. Kiai Shiddiq adalah ayah KH Machfudz Shiddiq, tokoh NU.
Berikut 3 Karomah Kiai Abdul Hamid atau Kiai Hamid Pasuruan:
1. Melipat Bumi
Salah satu karomah Kiai Abdul Hamid yang masyhur di kalangan warga NU adalah kemampuannya berada di berbagai tempat dalam waktu bersamaan. Hal tersebut dikenal dengan ilmu melipat bumi. Hal ini diketahui, saat Habib Baqir Mauladdawilah berkunjung ke pesantrennya.
Suatu hari Habib Baqir datang menemui Kiai Hamid Pasuruan. Waktu itu banyak orang yang datang untuk meminta doa atau keperluannya yang lain. Setelah bertemu, Habib Baqir kaget lantaran orang yang terlihat seperti KH Abdul Hamid ternyata bukan Mbah Hamid. Sebab orang yang ditemuinya adalah sosok gaib yang menyerupai.
Kemudian ia mencari di mana sesungguhnya Kiai Hamid Pasuruan yang asli berada. Setelah ia selidiki dengan menggunakan ilmu gaibnya, ternyata Mbah Hamid yang asli sedang berada di Makkah.
3. Melihat Masjidil Haram
Karomah KH Abdul Hamid juga pernah ditunjukkan kepada seorang habib sepuh yang datang kepadanya. Ia bertanya ke mana sang Kiai pergi ketika digantikan oleh sosok gaib yang menyerupai nya.
Kiai Hamid Pasuruan tidak menjawab, tetapi langsung memegang habib itu, dan seketika sang habib kaget melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan masjid yang sangat megah.
"Subhanallah!", ternyata habib tadi dibawa Kiai Hamid Pasuruan mendatangi Masjidil Haram.
3. Berbicara dengan Nabi Khidir
Karomah selanjutnya disebutkan oleh KH Muhammad Yunus atau Mbah Yunus dari Tulungagung. Suatu ketika Kiai Hamid Pasuruan berkata bahwa Nabi Khidir akan datang di kediamannya besok pagi hingga waktu dzuhur.
Pada saat itu kebetulan Mbah Yunus sedang berada di kediaman KH. Abdul Hamid. Keesokan harinya orang-orang pun datang, ingin jumpa Khidir. Bahkan menurut Mbah Yunus ada beberapa Habib dengan berpakaian jubah lengkap dengan surbannya juga hadir disitu ingin bertemu Nabi Khidir.
Ketika orang-orang berkumpul, Kiai Yunus dipanggil oleh Mbah Hamid dan diminta agar mendekat. Beberapa saat kemudian datanglah seorang pemuda mengenakan pakaian yang sedang ngetren waktu itu. Orang-orang yang hadir tidak begitu memperdulikan pemuda yang pakaiannya berbeda dengan mereka.
Ketika bertemu Kiai Hamid Pasuruan, pemuda itu langsung bersalaman dan mencoba mencium tangannya. Namun, Kiai Hamid Pasuruan menolak dan justru dia sendiri yang ingin mencium tangan pemuda itu. Pemuda itu menolak.
Kiai Yunus yang menyaksikan adegan tersebut, kemudian diberitahu oleh Mbah Hamid bahwa pemuda itu adalah Nabi Khidir.
Lalu sang pemuda berganti pakaian dengan pakaian yang sudah kotor. Ia membersihkan selokan di sekitar kediaman Mbah Hamid sampai waktu dzuhur. Kemudian pergi.
Seusai salat dzuhur, salah seorang yang hadir bertanya kepada Mbah Hamid kapan Nabi Khidir akan datang. Mbah Hamid menjawab bahwa orang yang membersihkan selokan tadi adalah Nabi Khidir.
Pewarta : Eru
Editor : Nys