Asal Usul Para Habib Sampai Indonesia, Berikut 5 Marga Terbesar Keturunan Nabi Muhammad Di Berbagai Daerah

Habib Bahar Bin Smith, salah satu keturunan Nabi Muhammad SAW

Bacadoloe.com - Munculnya marga keturunan Nabi Muhammad bermula dari hijrahnya Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir. Beliau wafat pada tahun 345 H, dan melakukan perjalanan dari Basra (Irak) menuju ke Hadramaut Yaman. 

Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir merupakan keturunan dari Nabi Muhammad SAW generasi ke-9. Silsilah marga dan asal muasalnya berasal dari keturunan jalur Sayyidina Husein yang merupakan cucu baginda Nabi, dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib. 

Beliau mempunyai dua putera yaitu Ubaidillah dan Muhammad. Ubaidillah ikut hijrah bersama ayahnya ke Hadhramaut dan memiliki tiga putera yaitu Alwi (Alawi), Jadid, dan Ismail. Akhir Abad ke-6 Hijriyah keturunan Ismail dan Jadid tidak mempunyai generasi, sedangkan keturunan Alwi tetap berlanjut. Keturunan dari Alwi inilah yang kemudian melahirkan kaum Alawiyin atau populer dengan julukan Habib.

Sosok yang dikenal sebagai leluhur Alawiyyin di Asia Tenggara dan juga pendiri Tarekat Alawiyyin adalah Al-Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba'alawy. Nasabnya tersambung ke Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir hingga ke Nabi Muhammad SAW.

Menurut informasi dari Rabithah Alawiyah (lembaga pencatat keturunan Nabi Muhammad). Saat ini, tersisa sekitar hanya 68 marga, dari sekian banyak marga tersebut disebutkan telah tersebar di seluruh penjuru Indonesia. 

Nasab mereka bersambung kepada Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam dari garis keturunan Sayyidina Husein, cucu Rasulullah SAW. Keturunan Nabi Muhammad di Indonesia biasa dijuluki Habib (Habaib untuk jamak), Syed atau Sayyid. Sedangkan perempuan biasanya dipanggil Syarifah atau Sayyidah.

Dalam proses sampainya para keturunan Nabi Muhammad ke Indonesia, diperkirakan orang-orang pilihan tersebut hijrah dari Hadramaut menuju Indonesia pada abad ke-13. Dari sekian banyak marga keturunan Nabi, sekarang kita kenal dengan bermarga Al-attas, Al-haddad, Assegaf, Al-Habsyi, Alaydrus, Al-Jufri, Syihab, Syahab dan lain-lain. 

Jumlah keturunan Nabi Muhammad di Indonesia secara pasti belum diketahui jumlahnya, namun berdasar data presentase terbanyak marga Al-attas dengan 24, lalu kemudian marga Al-Haddad dan Assegaf 15, kemudian Alaydrus 13 serta Al-Habsyi 11.

Berikut 5 marga terbesar keturunan Nabi Muhammad di Indonesia serta asal usulnya:

1. Al-Attas

Orang pertama yang digelari Al-Attas adalah Habib Umar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Fagih Al-Mugaddam. Asal Usul keluarga Al-Attas ini diceritakan Habib Ali bin Hassan al-Attas: "Sebenarnya apa yang diucapkan oleh Syaikh al-Faqih Abdullah bin Umar Ba'ubad yaitu bahwa: "Beliau dinamakan Al-Attas yang maknanya bersin karena beliau pernah bersin ketika masih berada di dalam perut ibunya". Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas adalah seorang Waliyullah (wafat 1072 H) dan dijuluki Al-Qutb Al-Anfaas. Bersin dalam bahasa Arab ialah "Athasa", dan orang yang bersin disebut "Al-Athtas". Rabithah Alawiyah mencatat ada sekitar 2.471 Habaib bermarga Al-Attas di wilayah Jabodetabek. Salah satu tokoh ulama bermarga Al-Attas adalah Habib Ali bin Husein Al-Attas atau lebih dikenal dengan Habib Ali Bungur, seorang ulama masyhur di tanah Betawi.

2. Al-Haddad

Yang pertama kali dijuluki Al-Haddad ialah Waliyullah Imam Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammu Al-Faqih Muqoddam. Ahmad Al-Haddad dilahirkan di Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki bernama Alwi. Riwayat lain menyebutkan, Al-Haddad dinisbahkan kepada Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad (Waliyullah pengarang Ratib Al-Haddad 1634-1720). Beliau generasi ke-31 keturunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad dijuluki "pandai besi" karena beliau mampu melunakkan hati yang keras seperti besi (hadatul qulub), berkat ketinggian ilmu dan kebijaksanaannya yang luar biasa. Kabilah Al-Haddad di Jabodetabek berjumlah sekitar 1.583 orang. Salah satu tokoh Al-Haddad yang populer adalah Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad atau dikenal dengan Mbah Priok. Beliau ulama dari Palembang yang makamnya sering diziarahi di Koja, Jakarta Utara.

3. Assegaf

Orang pertama yang diberi gelar Assegaf yaitu waliyullah Al-Muqaddam ats-Tsani al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih Muqaddam. Gelar Assegaf yang disandangnya karena ia dikenal sebagai pengayom para wali pada zamannya yang diibaratkan sebagai atap bangunan yang dalam bahasa Arab disebut Sagfun. Beberapa tokoh bermarga Assegaf di Indonesia di antaranya Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf (Ketum Rabithah Alawiyah), Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf rahimahullah dan masih banyak lainnya. Pada tahun 2017, Rabithah Alawiyah mencatat terdapat sekitar 1.538 penduduk bermarga Assegaf di Jabodetabek.

4. Alaydrus

Marga Alaydrus berpangkal dari Al-Habib Abdullah Alaydrus bin Abubakar As-Sakran, seorang waliyullah, pendiri tarekat Aydrusiyyah. Imam Abdullah Alaydrus (811-865 H) diberi gelar oleh kakeknya Abdurrahman As-Saqqaf dengan Alaydrus yang berasal dari kata "Al-Aytarus". Kabilah Al-Aydrus adalah suatu keluarga yang terkenal dalam keilmuan, politik, dan kemasyarakatan. Mereka banyak memiliki orang-orang besar (istimewa) yang berkhidmat pada ilmu dan masyarakat. Alaydrus merupakan cucu Assegaf. Salah satu tokoh Alaydrus yang masyhur adalah Habib Husein bin Abubakar Al-Aydrus atau dikenal dengan Habib Luar Batang. Makam ulama yang dijuluki waliyullah ini kini tetap ramai dikunjungi di Luar Batang Jakarta.

5. Al-Habsyi

Sejarah marga Al-Habsyi bermula dari Waliyullah Al-Habib Abu Bakar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam (wafat 857 H). Dijuluki Al-Habsyi karena beliau sering pergi ke Habasyah (sekarang Etiopia) dan pernah tinggal di sana selama 20 tahun untuk menyebarkan Islam. Beberapa tokoh bermarga Al-Habsyi sebut saja Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi Ampel Qubah, Pengarang Kitab Maulid Simtud Duror,Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi (Habib Kwitang), Habib Zein Al Habsyi Martapura atau Dai Ustaz Ahmad Al-Habsyi, dan masih banyak lainnya.


Pewarta : Eru

Editor : Nys

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama