Salah Satu Pondok Pesantren Tertua Di Indonesia, Sejarah Ponpes Sidogiri Dan Silsilah Berdirinya

Salah satu pondok pesantren tertua dan terbaik di Indonesia, Ponpes Sidogiri

Bacadoloe.com - Salah satu Pondok Pesantren tertua dan terbaik di Indonesia, Ponpes Sidogiri. Dalam beberapa versi atau riwayat yang menceritakan asal-usul lahirnya, serta sejarah berdirinya sangat menarik untuk diulas. Riwayat itu sudah berkembang di tengah masyarakat.

Pertama, Sidogiri berawal ketika Sayid Sulaiman mendapat titah dari penguasa Giri. Ponpes Sidogiri dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon, Jawa Barat. Beliau masih keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban. 

Ayahnya, Sayyid Abdurrahman merupakan seorang wali perantau dari negeri Tarim. Sedangkan ibunya Syarifah Khodijah seorang putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. 

Konon, pembabatan Sidogiri dilakukan selama 40 hari saat masih hutan belantara. Bahkan disebutkan kalau tempat tersebut merupakan tempat yang dihuni oleh makhluk halus. Sayid Sulaiman ternyata mampu mengatasi mahluk halus tersebut. Maka itu, Sayid Sulaiman disebut ‘Kang sido saking utusan Sunan Giri’ (utusan penguasa Giri yang sukses), yang belakangan menjadi nama sidogiri.

Kedua, nama itu dambil dari peristiwa kedatangan Sunan Giri (Penguasa Giri) atau utusannya ke Tanah Sidogiri. Dalam kunjungannya, beliau tidak membawa masuk tongkat yang dibawanya. Tapi ketika tingkat itu dicabut, bekas cabutannya memancarkan air. Oleh masyarakat setempat dijadikan sumur.

Tongkat itu ditancapkan di suatu tempat di luar Sidogiri. Ternyata sepulang beliau menemui kiai Sidogiri, tongkat tadi tertinggal, sehingga penduduk setempat mengatakan, ‘sido kari tongkate Sunan Giri’ (tertinggal sudah tongkat Sunan Giri). Lama berselang tempat itu dikenal dengan sebutan Sidogiri. Setelah Sunan Giri ingat pada tongkatnya, ia kembali.

Ketiga, Sidogiri berasal dari kata ‘Sayyidul Qura’, yang berarti tuan beberapa desa. Karena Sidogiri adalah tempat ulama-ulama besar, yang didatangi santri-santri dari segala penjuru untuk belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama.

Terkait dengan tahun berdirinya, terdapat dua versi asal mula Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718 atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.

Dalam surat lain tahun 1971 yang ditandatangani oleh KA Sa’doellah Nawawie, tertulis bahwa tahun tersebut (1971) merupakan hari ulang tahun Pondok Pesantren Sidogiri yang ke-226. Dari sini disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1745. Dalam kenyataannya, versi terakhir inilah yang dijadikan patokan hari ulang tahun/ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri setiap akhir tahun pelajaran.

Pada tahun 1158 H atau 1745 M, Mbah Sayid Sulaiman membabat tanah Sidogiri yang saat itu masih berupa hutan belantara. Beliau adalah putra pertama pasangan Sayid Abdurrahman bin Umar ba Syaiban dan Syarifah Khadijah, cucu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Beliau memiliki garis keturunan dari Hadramaut, Yaman. Ditemani oleh seorang santrinya, Aminulloh, asal pulau Bawean, beliau mendirikan sebuah pesantren yang di kemudian hari dikenal dengan nama Pondok Pesantren Sidogiri.

Dalam catatan sejarah, pondok pesantren Sidogiri didirikan Sayyid Sulaiman pada 1745 M. Dari sejak berdirinya hingga saat ini estafet pengasuh pondok pesantren Sidogiri sudah sampai generasi ke-12, yakni KH Nawawi bin Abdul Djalil dari 2005 sampai 2021.

Memang, urutan pengasuh pondok pesantren terdapat beberapa versi. Dalam catatan yang ditandatangani Almaghfurlah KH A Nawawi Abdul Djalil pada 2007, urutan Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri sejak didirikan sampai saat ini sebagai berikut:

1.Sayyid Sulaiman (wafat 1766), 

2. KH Aminullah (wafat akhir 1700-an/awal 1800-an).

3. KH Abu Dzarrin (wafat 1800-an)

4. KH Mahalli (wafat 1800-an)

5. KH Noerhasan bin Noerkhotim (wafat pertengahan 1800-an)

6. KH Bahar bin Noerhasan (wafat awal 1920-an)

7. KH Nawawie bin Noerhasan (wafat 1929)

8. KH Abd Adzim bin Oerip (wafat 1959).

9. KH Abd Djalil bin Fadlil (wafat 1947)

10. KH Cholil Nawawie (wafat 1978)

11. KH Abd Alim Abd Djalil (wafat 2005)

12. KH A Nawawi Abd Djalil (2005-2021)

13. KH Fuad Noerhasan (2021-Sekarang)


Pewarta : Eru

Editor : Nys

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama