Pondok Pesantren Buntet Cirebon yang didirikan pada tahun 1750 oleh Kiai Muqoyyim |
Bacadoloe.com - Pondok Pesantren adalah suatu wadah pendidikan untuk mengasah keilmuan seseorang. Pengembangan keilmuan yang didapatkan di sebuah pesantren cukup beragam. Dari ilmu pendidikan keagamaan secara mendalam, pendidikan karakter, akhlakul karimah dan serta pendidikan ubudiyah yang menjadikan seseorang disiplin dalam menjalankan ibadah kepada tuhannya.
Berbagai kegiatan majelis ta'lim atau pengajian di Pondok Pesantren menjadikan seorang santri mempunyai wawasan yang tinggi. Kualitas keilmuan seorang santri diasah dengan metode-metode dari Kiai, gus dan ustadz yang mengajarkan.
Sejarah dari munculnya Pondok Pesantren ditengarai ada semenjak sebelum penjajahan. Tepatnya saat para ulama' dari timur tengah yang diutus ke india, lalu meneruskan penjelajahannya ke belahan nusantara. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peninggalan dari Walisongo yang merupakan Sayyid-sayyid asal timur Tengah.
Dunia Pesantren selalu mempunyai tempat tersendiri di kalangan masyarakat. Bagaimana pun kehadiran Pondok Pesantren dianggap mampu menjadi solusi untuk meningkatkan pengetahuan dan kedisiplinan dalam beribadah seseorang.
Dunia Pesantren sudah mengakar sejak zaman dulu. Hingga saat ini, pemerintah mulai sedikit melirik dunia pendidikan keagamaan tersebut.
Sejarah berdirinya Pesantren di Indonesia tidak lepas dari perjuangan para ulama. Kedatangan para habib atau Sayyid dari Timur Tengah menjadi alasan tersendiri berdirinya sebuah pendidikan keagamaan di Indonesia.
Berdasarkan data yang tercantum di Kementerian Agama (Kemenag). Kurang lebih sebanyak 27 ribu Pesantren berdiri kokoh di Indonesia.
Dari rincian tersebut, hampir mayoritas terdapat 1000 lembaga Pesantren setiap wilayah Provinsi. Selain itu, sebanyak kurang lebih 3000 Pesantren di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur dan Tengah, serta Aceh 1.186 Lembaga pendidikan.
Mengenai sejarah berdirinya Pondok Pesantren, Sidogiri menjadi yang tertua dan awal mula Lembaga pendidikan keagamaan tersebut.
Sayyid Sulaiman seorang tokoh yang berasal dari Timur Tengah. Beliau perantau yang datang dari negeri wali, Hadramaut atau Tarim pada tahun 1745. Beliau masih keturunan dari Sayyid Abdurrahman dan ibunya adalah seorang putri dari Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati.
Berselang lima tahun kemudian, Berlokasi di Cirebon, Pondok Pesantren Buntet didirikan pada tahun 1750 oleh seorang mufti Keraton Cirebon bernama Kiai Haji Muqoyyim bin Abdul Hadi. Pembentukan Pesantren sendiri rupanya disebutkan berasal dari kekecewaan sosok KH. Muqoyyim yang dikenal tidak pernah mau kooperatif dengan pihak Belanda yang kala itu masih menguasai tanah air.
Mengutip penjelasan di laman NU Cirebon, karena ada satu peristiwa yang dianggap sebagai politik memecah belah, dan bangsawan keraton menurutnya terjebak dalam aturan Belanda, Muqoyyim kemudian memutuskan untuk keluar dari keraton dan mendirikan Pesantren Buntet.
Awalnya pendirian Pesantren disebut hanya berupa rumah sederhana yang terdiri dari langgar dan beberapa kamar santri. Saat dirinya memberikan pengajian, ternyata banyak masyarakat yang tertarik dan akhirnya bergabung untuk belajar mengaji.
Bangunan Pesantren awal rupanya sempat diserang oleh Belanda, namun Muqoyyim sempat menyelamatkan diri dan berpetualang ke wilayah lain. Sampai akhirnya dia kembali membangun Pesantren yang sudah ada namun di lokasi berbeda.
Kini, Pesantren Buntet berlokasi di Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Cirebon. Dan saat ini, sistem pendidikannya sudah mulai berkembang dan menjawab tantangan serta kebutuhan zaman, mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak, MI, MTS, MAN, SMK, hingga Akademi Perawat.
Sama-sama didirikan pada tahun 1750, Pondok Pesantren Jamsaren didirikan oleh sosok yang namanya menjadi inspirasi dari pesantren itu sendiri, yakni Kiai Jamsari. Berlokasi di Surakarta, Jawa Tengah, rupanya Pesantren satu ini pernah mengalami masa vakum selama hampir 50 tahun pada kisaran tahun 1830-1878, yang disebabkan oleh operasi tentara Belanda.
Didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV, mulanya Ponpes Jamsaren disebut hanya memiliki bangunan berupa surau kecil. Pada saat masa vakum, pendiri Pesantren bersembunyi dan keluar daerah Surakarta.
Setelah itu, seorang Kiai bernama Kiai Idris yang berasal dari Klaten akhirnya menghidupkan kembali Pesantren tersebut. Surau yang awal mulanya sempit pun diperluas sehingga lembaga menjadi lebih berkembang.
Di Pondok Pesantren itu pula, sejumlah tokoh belajar ilmu Agama dan selanjutnya dikenal sebagai pemimpin dari sejumlah pesantren lain yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Lain itu, banyak juga tokoh besar yang merupakan lulusan atau pernah belajar Agama secara intens di ponpes tersebut.
Beberapa di antaranya adalah Munawir Sadzali (mantan Menteri Agama), Amien Rais (mantan Ketua MPR), KH. Zarkasyi (pendiri Ponpes Gontor), KH. Hasan Ubaidah (pendiri dan pimpinan LDII), dan masih banyak lagi.
Kini Pondok Pesantren Jamsaren sendiri masih terus dikenal dan sudah berkembang dengan menyediakan berbagai program pendidikan modern mulai dari MI, MTS, hingga MA.
Pewarta : Khoirus
Editor : Nys