Hikayat Cerita Lucu Abu Nawas Hamil Dan Sedang Menunggu Persalinan


Foto lukisan Abu Nawas

Bacadoloe.com - Sultan Harun Al-Rasyid suatu ketika sedang bingung, gelisah hati dan bimbang. Usut punya usut, konon penyebabnya dikarenakan sudah tujuh bulan Abu Nawas tidak menghadap ke Istana.

Akibatnya, suasana istana pun jadi hampa, dan sunyi senyap. Sejak dilarang datang ke Istana, Abu Nawas memang benar-benar tidak pernah muncul di Istana.

"Mungkin Abu Nawas marah kepadaku," Pikir Sultan, maka diutuslah seorang punggawa ke rumah Abu Nawas.

Sesampainya dirumah Abu Nawas, para punggawa utusan kerajaan pun dibuat bingung oleh jawaban Abu Nawas. 

"Tolong sampaikan kepada Sultan, aku sakit hendak bersalin," jawab Abu Nawas kepada punggawa yang datang ke rumah Abu Nawas menyampaikan pesan Sultan. 

“Aku sedang menunggu dukun beranak untuk mengelurkan bayiku ini,” kata Abu Nawas melanjutkan sambil mengelus-elus perutnya yang buncit.

Sampai di kerajaan, Sultan Harun Al-Rasyid mendengar jawaban dari para utusannya, 

"Ajaib benar," kata Baginda dalam hati, setelah mendengar laporan punggawa setianya. 

"Baru hari ini aku mendengar kabar seorang lelaki bisa hamil dan sekarang hendak bersalin. Dulu mana ada lelaki melahirkan. Aneh, maka timbul keinginan Sultan untuk menengok Abu Nawas. Maka berangkatlah dia diiringi sejumlah mentri dan para punggawa ke rumah Abu Nawas.

Begitu melihat Sultan datang, Abu Nawas pun berlari-lari menyambut dan menyembah kakinya, seraya berkata, "Ya tuanku Syah Alam, berkenan juga rupanya tuanku datang ke rumah hamba yang hina dina ini."

Sultan dipersilahkan duduk di tempat yang paling terhormat, sementara Abu Nawas duduk bersila di bawahnya. "Ya tuanku Syah Alam, apakah kehendak tuan Syah Alam datang ke rumah hamba ini? Rasanya bertahta selama bertahun-tahun baru kali ini tuanku datang ke rumah hamba," tanya Abu Nawas.

"Aku kemari karena ingin tahu keadaanmu," jawab Sultan, "Engkau dikabarkan sakit hendak melahirkan dan sedang menunggu dukun beranak, sejak zaman nenek moyangku hingga sekarang, aku belum pernah mendengar ada seorang lelaki mengandung dan melahirkan, itu sebabnya aku datang kemari."

Abu Nawas tidak menjawab, ia hanya tersenyum.

"Coba jelaskan perkatanmu. Siapa lelaki yang hamil dan siapa dukun beranaknya," tanya Sultan lagi.

Maka dengan senang hati berceritalah Abu Nawas. "Konon, ada seorang raja mengusir seorang pembesar istana. Tetapi setelah lima bulan berlalu, tanpa alasan yang jelas, sang Raja memanggil kembali pembesar tersebut ke Istana, ini ibarat hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian hamil tanpa menikah. Tentu saja itu melanggar adat dan agama, menggegerkan seluruh negeri.

Lagi pula apabila seorang mengeluarkan titah, tidak boleh mencabut perintahnya lagi, jika itu dilakukan, ibarat menjilat air ludah sendiri, itulah tanda-tanda pengecut. Oleh karena itu harus berpikir masak-masak sebelum bertindak. Itulah tamsil seorang lelaki yang hendak bersalin, adapun dukun beranak yang ditunggu, adalah baginda datang kemari," Kata Abu Nawas. 

"Dengan kedatangan baginda kemari, berarti hamba sudah melahirkan, yang dimaksud dengan bersalin adalah hilangnya rasa sakit atau takut hamba kepada Baginda."

"Bukan begitu, Ketika aku melarang kamu datang lagi ke istana, itu tidak sungguh-sungguh, melainkan hanya bergurau. Besok datanglah engkau ke istana, aku ingin bicara denganmu. Memang di sana banyak mentri, tetapi tidak seperti kamu. lagipula selama engkau tidak hadir di istana, selama itu pula hilanglah cahaya gembiraku".

"Segala titah baginda, akan aku junjung tinggi tuanku," sembah Abu Nawas dengan takdzim. Tetapi Sultan cuma geleng-geleng kepala. Dan tidak seberapa lama kemudian Sultan pun kembali ke Istana dengan perasaan heran bercampur geli. 


Pewarta: Eru

Editor: Ady

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama