Ilustrasi santri dan kiai yang sedang belajar mengajar di pondok pesantren |
Bacadoloe.com - Ditetapkannya Hari Santri Nasional serta pengakuan terhadap peran santri, tentu saja ada peran ulama' di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, baik sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan.
Namun satu hal yang penting dicatat bahwa dengan adanya Hari Santri Nasional ini tidak sebatas euphoria ceremonial semata. Sebab hal ini tidak akan bermakna bila tidak disertai program pemberdayaan terhadap pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan keagamaan Islam yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Pondok pesantren termasuk kedalam jalur pendidikan luar sekolah (non formal) yang di dalamnya terdapat seorang kiai atau pendidik para santri dengan sarana masjid atau gotak-gotakan yang digunakan sebagai tempat tinggal para santri.
Selain itu, pondok pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga pertahanan fisik terhadap intimidasi dan senjata penjajah, namun pondok pesantren juga menjadi kubu pertahanan yang bersifat mental ataupun moral.
Peran kiai dan santri dari awal perjuangan merebut kemerdekaan dari penjajah hingga dapat menikmati suasana kemerdekaan saat ini tidak dapat diabaikan begitu saja.
Merekalah yang memberikan keyakinan kepada rakyat Indonesia yang pada saat itu harga diri dan martabatnya sedang diinjak-injak penjajah dan dicap sebagai inlander atau bangsa rendahan.
Dari gerakan perlawanan bersenjata hingga jalur diplomasi, keyakinan akan syahid-lah yang memberikan keberanian kepada mereka untuk melawan kaum kolonial Barat yang menganggap dirinya sebagai ras kulit putih yang unggul.
Maka dari itu, peran pesantren yang didalamnya ada kiai dan santri cukup besar dalam membangun jiwa nasionalisme dalam merebut kemerdekaan.
Sehingga terdapat tiga alasan pemerintah menetapkan Hari Santri Nasional.
Pertama, Hari Santri Nasional pada 22 Oktober, menjadi ingatan sejarah tentang Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari. Ini peristiwa penting yang menggerakkan santri, pemuda dan masyarakat untuk bergerak bersama, berjuang melawan pasukan kolonial, yang puncaknya pada 10 Nopember 1945.
Kedua, jaringan santri telah terbukti konsisten menjaga perdamaian dan keseimbangan. Perjuangan para kiai jelas menjadi catatan sejarah yang strategis, bahkan sejak kesepakatan tentang darul islam (daerah Islam) pada pertemuan para kiai di Banjarmasin, 1936. Para kiai dan santri sudah sadar pentingnya konsep negara yang memberi ruang bagi berbagai macam kelompok agar dapat hidup bersama.
Ketiga, kelompok santri dan kiai-kiai terbukti mengawal kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Para kiai dan santri selalu berada di garda terdepan untuk mengawal NKRI
Mudah-mudahan melalui peringatan Hari Santri Nasional ini mampu meningkatkan citra pesantren dan santri yang diyakini telah memberikan konstribusi bagi perjuangan bangsa dan negara.
Akhirnya, saya ucapkan selamat memperingati Hari Santri Nasional. Insya Allah kita selalu berkarya untuk bangsa dan Negara.
Pewarta : E Yan
Editor : Nys