Deretan Santri Hebat Yang Mendunia, Disegani Bangsa Asing

KH Abdurrahman Wahid seorang ulama nusantara dan mantan presiden RI bersama santri lainnya

Bacadoloe.com - Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Pada zaman yang makin makin modern ini para orang tua menginginkan agar anaknya masuk pesantren selain untuk menjauhkan anak dari pergaulan bebas yang semakin marak para orang tua juga ingin agar anaknya dapat mendalami ilmu agama yang semakin langkah di indonesia.

Sebuah pondok pesantren tentunya memiliki tujuan yang sangat mulia yaitu menjadikan seorang santri yang hebat, dan tentunya bisa berguna untuk negaranya kelak.

Selain melahirkan banyak pahlawan nasional seperti KH Wahid Hasyim, KH Ahmad Dahlan, atau K.H Hasyim Asyari, pesantren juga melahirkan tokoh santri yang mendunia karena karya-karyanya. Beberapa tokoh santri Indonesia tersebut di antaranya sebagai berikut.

1. KH Idham Chalid

KH Idham Chalid merupakan salah satu tokoh ulama sekaligus pahlawan nasional. 

Latar belakang pendidikannya dimulai sebagai seorang santri di Madrasah Islam di Pekapuran. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah dan lanjutannya di Pondok Modern Gontor. Sebab itu, ia menjadi lulusan yang cakap berbahasa asing.

Peran Idham Chalid di dunia Islam internasional dapat terlihat pada tahun 1965. Saat itu, situasi politik internasional mengancam dunia Islam melalui neo kolonialisme dan neo imperialisme.

Sebab itu, umat Islam di kawasan Asia dan Afrika membentuk suatu solidaritas. Mereka mengadakan Konferensi Islam Asia Afrika di Indonesia tepatnya di Gedung Merdeka yang saat itu dipimpin oleh KD Idham Chalid. Ia memimpin konferensi ini sejak awal hingga berakhir.

Berbekal pengalamannya itu, Idham Chalid kemudian dipercaya sebagai Presiden Organisasi Islam Asia Afrika. Pasalnya, ia dipercaya memiliki kepemimpinan dan cakap dalam menyelesaikan permasalahan dunia bagi umat Islam.

2. KH Abdul Ghofur Maimoen

Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen yang kerap disapa Gus Ghofur merupakan putra almarhum kyai dari Rembang, Jawa Tengah KH. Maimoen Zubair. Gus Ghofur merupakan nama yang cukup populer di kalangan pegiat tafsir Indonesia.

Kyai kelahiran 16 Maret 1973 ini menuntaskan pendidikan dasar hingga menengahnya sebagai santri di Madrasah Ghazaliyah Syafi'iyyah (MGS). Semasa belajar di sana, ia dikenal sebagai anak yang cerdas, kritis, bahkan dipercaya dalam memegang jabatan-jabatan besar di sana. 

Kemudian, ketua Sekolah Tinggi Al Anwar (STAI) Sarang Rembang ini melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir pada 1993. Hal ini merupakan hal baru dalam tradisi pendidikan putra-putri KH Maimoen Zubair.

Gus Ghofur mengharumkan nama baik Indonesia. Bahkan menambah deretan peraih gelar Doktor di bidang ilmu tafsir selama berkuliah di Mesir. Disertasinya bahkan berhasil meraih hasil akhir excellent the first atau summa cumlaude.

Selain itu, Gus Ghofur beberapa kali dipercaya untuk mengisi acara internasional di Maroko, Australia, Malaysia, dan Belanda dalam mewakili Indonesia. Tidak heran, bila Gus Ghofur menjadi salah satu tokoh muda yang dapat dijadikan inspirasi bangsa.

3. Syekh Ihsan Bin Dahlan Jampesi

Dikutip dari situs Studi Agama-Agama (SAA) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri, Syekh Ihsan merupakan putra pertama dari Kiai Dahlan atau pengasuh pesantren Jampes. Karya-karyanya hingga kini menjadi rujukan bagi kalangan ulama di dunia.

Pria yang memiliki nama kecil Bakri ini dikenal sebagai sosok yang suka berpetualang. Bahkan ia pernah menjadi santri di berbagai pesantren di tanah Jawa. Beberapa pesantren yang pernah ia sambangi di antaranya Pesantren Bendo-Pare milik Kiai Khozin atau pamannya sendiri, Pesantren Jamsaren Solo, dan Pesantren Kiai Ahmad Dahlan yang terkenal mumpuni dalam ilmu falak.

Selain itu ada Pesantren Mangkang Semarang, Pesantren Gondang Legi, dan Pesantren Demangan Bangkalan, asuhan sang guru para ulama Syekhona Kholil yang juga pernah ia datangi semasa mudanya.

Semasa di pesantren, Syekh Ihsan terkenal sebagai santri yang jenius bahkan mampu menguasai ilmu para gurunya. Tidak mengherankan bila hingga kini karya-karyanya menjadi rujukan di kalangan ulama dunia yakni kitab Sirâj al-Tâlibîn. Kitab ini banyak dikaji di pesantren-pesantren bahkan Universitas Al Azhar, Mesir.

Tidak sampai situ, pada tahun 1934, Raja Mesir Farouk pernah mengirim utusannya langsung khusus ke Dusun Jampes. Tujuan pengutusan itu untuk meminta Syekh Ihsan mengajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir yang kemudian ditolak dengan halus olehnya.


Pewarta : Adit

Editor : Nys

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama