9 Kiai Besar Nahdlatul Ulama Bergelar Pahlawan Nasional, Nomor 1 dan 2 Kakek dan Ayah Gus Dur

Foto KH. Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama dan bergelar pahlawan nasional

Bacadoloe.com - Kemerdekaan Republik Indonesia tidak lepas dari peran besar kiai-kiai Nahdlatul Ulama. Mereka berkhidmat luar biasa pada bangsa dan negara, mengorbankan jiwa dan raga demi menjaga Indonesia.

Pesantren-pesantren para kiai dijadikan markas perjuangan untuk melawan para penjajah. Melatih para santri untuk menguasai bela diri dan ilmu kanuragan agar sakti mandraguna.

Simbol perjuangan dan kecintaan para kiai terhadap NKRI, yakni mencetus resolusi jihad yang dipimpin langsung oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tanggal 22 Oktober 1945. Sehingga ribuan  santri yang dinakhodai kiai mampu memukul mundur sekutu Belanda, yakni  Inggris pada 10 November 1945. Meskipun perjuangan mereka tidak hanya itu, masih banyak sejarah besar yang dilakukan para kiai dalam melawan penjajah yang sangat beringas terhadap bangsa Indonesia.

Berkat andil besar mereka terhadap negara sehingga diresmikan pada 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Bahkan kiai-kiai besar Nahdlatul Ulama diberikan perhargaan pahlawan nasional oleh negara.

Berikut 9 kiai besar Nahdlatul Ulama yang mempunyai gelar pahlawan nasional, nomor 1 dan 2 kakek dan ayah Gus Dur:

1. KH. Hasyim Asy'ari

KH. Hasyim Asy'ari merupakan pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Beliau juga merupakan kakek dari Gus Dur Presiden RI ke-4.

Selain itu, KH. Hasyim Asy'ari atau Mbah Hasyim juga sebagai pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama yang didirikan pada tahun 1926. Kiai karismatik ini merupakan satu-satunya penyandang gelar Rais Akbar NU hingga akhir hayatnya dan tidak pernah digantikan gelar itu sampai saat ini dan bahkan seterusnya.

Pada tanggal 17 November 1964, Mbah Hasyim secara resmi mempunyai gelar pahlawan Nasional.

Gelar pahlawan nasional dinobatkan kepada beliau bukan tanpa alasan,  di antara jasanya untuk negara yakni memutuskan NU dalam mengeluarkan Resolusi Jihad fi Sabilillah. Kemudian direkomendasikan untuk pemerintah RI yang baru berdiri dan Jihad fi Sabilillah untuk umat Islam dengan fatwa, setiap orang dewasa yang berada dalam radius 90 km dari area pertempuran wajib melawan penjajah di kala itu.

2. KH. Abdul Wahid Hasyim

KH. Abdul Wahid Hasyim ada putra pendiri Nahdlatul Ulama yakni KH. Hasyim Asy'ari. Beliau juga ayahanda Gus Dur Presiden RI ke-4. 

KH. Abdul Wahid Hasyim merupakan  salah anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Selain itu, di Pondok Pesantren Tebuireng, beliau mempelopori masuknya ilmu pengetahuan umum ke dunia pesantren dengan mendirikan Madrasah Nidzmiyah dengan ilmu agama 30 % dan ilmu umum 70 %.

Kemudian pada  tanggal 17 November 1960 KH. Abdul Wahid Hasyim mendapat gelar pahlawan nasional.

3. KH. Zainal Musthafa

Kiai selanjutnya, KH. Zainal Musthafa, beliau merupakan tokoh NU dari Tasikmalaya, Jawa Barat dan pernah menjadi salah seorang Wakil Rais Syuriyah. 

Teck record KH. Zainal Musthafa merupakan salah seorang kiai yang secara terang-terangan melawan para penjajah Belanda. Lengsernya Belanda kemudian diganti Jepang tetap menolak kehadiran mereka untuk menjaga bumi Pertiwi.

Kiai Zainal Musthafa bersama para santrinya melakukan perang dengan Jepang. Tercatat pada tahun 1972  atas jasanya, ia dianugerahi sebagai pahlawan nasional.

4. KH. Zainul Arifin

Tokoh NU selanjutnya yang mendapat gelar pahlawan nasional ialah KH. Zainul Arifin. Beliau asal Barus, Provinsi Sumatera Utara. Bahkan beliau keturunan raja-raja Barus dan aktif di NU sejak muda melalui kader dakwah.

KH. Zainul Arifin memiliki banyak jasa, di antaranya menjadi panglima pada pembentukan pasukan semi militer Hizbullah.

Bahkan, beliau pernah menjadi Ketua DPR-GR dan perdana menteri Indonesia. Kemudian, beliau juga berjasa menjadi anggota badan pekerja  Komite Nasional Pusat.

Dari catatan-catatan jasa KH. Zainul Arifin, pada tanggal 4 Maret 1963 ia diresmikan menjadi pahlawan nasional.

5. KH. Idham Chalid

Tokoh kiai ini, KH. Idham Chalid, beliau adalah kiai yang pernah diamanahi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) antara tahun 1956 sampai 1984.

Kemudian, beliau menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda, serta juga pernah sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR.

Pada tanggal 8 November 2011, beliau diresmikan menjadi pahlawan nasional. Bahkan pada tanggal 19 Desember 2016, pemerintah mengabadikannya di pecahan uang kertas rupiah baru dan pecahan Rp 5.000.

6. KH. Abdul Wahab Chasbullah

KH. Abdul Wahab Chasbullah dikenal dengan sapaan Mbah Wahab merupakan salah seorang pendiri dan penggerak NU. Bahkan beliau menjadi Rois Am PBNU setelah KH. Hasyim Asy'ari.

Beliau juga dikenal sebagai pendiri kelompok diskusi Tashwirul Afkar, pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan, dan pendiri Nahdlatut Tujjar. 

Pada tahun 1924, ia mengusulkan agar dibentuk perhimpunan ulama untuk melindungi kepentingan kaum tradisionalis yang bermazhab. Kemudian usulannya terwujud dengan mendirikan NU pada 1926 bersama kiai besar yang lainnya.

Selain itu, beliau juga pernah menjadi Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang tersebut juga salah seorang penggagas Majelis Islam A’la Indonesia atau MIAI.

Atas jasa-jasanya yang luar biasa, pada tanggal 8 November 2014 Mbah Wahab  resmi mendapat gelar pahlawan nasional.

7. KH. As'ad Syamsul Arifin

Kiai Karismatik selanjutnya yang bergelar pahlawan nasional ialah KH. As'ad Syamsul Arifin. Beliau merupakan pengasuh Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Situbondo tersebut menjadi pemimpin para pejuang di Situbondo, Jember maupun Bondowoso dalam berperang melawan penjajah.

KH. As'ad Syamsul Arifin, pada pertempuran di Kota Surabaya tanggal 10 November menjadi motor penggerak massa dalam pertempuran melawan penjajah.

Kemudian setelah kemerdekaan, beliau penggerak ekonomi-sosial masyarakat dengan menyerap aspirasi dari warga kemudian mendorong pemerintah daerah, menteri, maupun presiden guna mewujudkan pembangunan yang merata.

Bahkan KH. As'ad Syamsul Arifin mempunyai peran menjelaskan kedudukan Pancasila tidak akan mengganggu nilai-nilai keislaman. Sehingga atas jasa-jasanya, pada tanggal 9 November 2016 beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional.

8. KH. Syam'un

KH. Syam'un menjadi pengurus NU di Serang, Banten. Beliau alim dalam tiga bahasa asing serta pernah mengajar di Arab Saudi pada masa mudanya.

Kemudian saat kembali ke tanah air, bergabung dengan kelaskaran dan pernah menjadi perwira tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA). Bahkan pada tahun 1943 menjadi Komandan Batalyon berpangkat daidancho atau mayor.

Kemudian 1944 dilantik jadi Komandan Batalion PETA berpangkat mayor, memimpin 567-600 orang pasukan di tahun 1944. Ketika TKR dibentuk 5 Oktober 1945, pangkatnya naik jadi kolonel, Komandan Divisi l TKR dengan memimpin 10.000 orang pasukan.

Pada tahun 1948, naik pangkat brigadir jenderal dan memimpin gerilya di wilayah Banten, sampai wafatnya tahun 1949. Sehingga jasanya yang besar itu, pada 8 November 2018 ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

9. KH. Masjkur

Tokoh NU yang ke-9 ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional adalah KH. Masjkur. Beliau menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang mempunyai kontribusi ikut terlibat merumuskan Pancasila sebagai dasar negara.

Selain itu, KH. Masjkur tercatat selaku pendiri Pembela Tanah Air (Peta) yang kemudian menjadi unsur laskar rakyat dan TNI di seluruh Jawa. Ketika pertempuran 10 November 1945, beliau sebagai pemimpin Barisan Sabilillah.

Menurut catatan, beliau pernah menjadi Menteri Agama Indonesia pada 1947 - 1949 dan 1953 - 1955. Kemudian menjadi 

anggota Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1968, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI periode 1956 hingga 1971.

Tidak kalah penting pula, beliau ikut serta dalam membangun moral anak bangsa dengan mendirikan Yayasan Sabililah, lembaga masyarakat yang bergelut di bidang pendidikan.

Sehingga atas jasa-jasanya yang luar biasa, pada 8 November 2019 KH. Masjkur tercatat sebagai pahlawan nasional.


Pewarta: Hendra

Editor : Nys

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama