3 Santri Yang Berjasa Ikut Mengusir Penjajah, Sejarah Perjuangan Kebangsaan

Potret ulama nusantara yang karismatik, KH Abdurrahman Wahid bersama sahabat-sahabatnya

Bacadoloe.com - Clifford Geertz Atropolog asal Amerika yang pernah melakukan penelitian di Mojokuto Kediri membagi masyarakat Indonesia menjadi tiga kelompok: Santri, Abangan dan Priayi. Santri merupakan seorang muslim yang kental dan taat menjalankan ritual-ritual KeIslaman seperti shalat. Sementara abangan adalah muslim yang tidak menjalankan ritual Keislaman, Muslim hanya status saja. Sementara priayi adalah kalangan bangsawan. 

Dari pembagian kelompok masyarakat tersebut, kita tahu bahwa ketiganya berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu bentuk pengakuan dari pemerintah atas jasa seorang tokoh dalam kemerdekaan adalah pemberian gelar Pahlawan Nasional. Termasuk kepada beberapa santri yang punya andil besar dalam memperjuangkan kemerdekaan. 

Kelompok santri termasuk yang banyak berkontribusi dalam perjuangan bangsa. Tulisan ini akan mencoba mengulas lima tokoh berlatar belakang santri yang dianugerahi Pahlawan Nasional. 

Berikut beberapa pahlawan dari kalangan santri yang ikut berjuang mengusir penjajah dan memperjuangkan kemerdekaan. 

1. KH Hasyim Asy'ari

Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 17 November 1964. Sebagai tokoh ulama besar di Indonesia, KH Hasyim Asy'ari pernah nyantri di Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, dan Pesantren Trenggilis di Semarang.

Selain itu, sosok pencetus Resolusi Jihad ini juga sempat menimba ilmu di Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo yang diasuh Kyai Ya’qub.

2. KH Ahmad Dahlan

Pendiri Muhammadiyah ini mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1961 berdasarkan SK Presiden No.657 pada tahun 1961.

Melansir laman resmi Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan telah mengenyam pendidikan dan mengenal lingkungan pesantren sejak kecil dalam menimba ilmu agama dan bahasa Arab.

Pahlawan nasional dengan nama lahir Muhammad Darwis juga pernah belajar agama dan bahasa Arab di Makkah selama lima tahun pada tahun 1883 ketika berusia 15 tahun.

3. Pangeran Diponegoro

Sejarawan Peter Carey dalam bukunya menyebut Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855 menyebutkan, Pangeran Diponegoro pernah belajar di Pondok Pesantren Gebang Tinanar, Ponorogo asuhan Kiai Hasan Besari. Semasa kecil, Diponegoro diasuh nenek buyutnya, GKR Ageng Tegalreja yang merupakan putri dari salah satu ulama terkenal yakni Ki Ageng Derpoyudo.

Adapun Pangeran Diponegoro sebagai Pahlawan Nasional tercantum dalam Keppres No.87/TK/1973.


Pewarta : Adit

Editor : Nys

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama