Seni Beribadah Politik

Ilustrasi seni beribadah politik

Bacadoloe.com - Beribadah identik dengan hamba yang hakikatnya diwajibkan menyembah kepada tuhannya. Hal tersebut selaras dengan tujuan diciptakan manusia oleh Tuhan yang maha esa. 

Sedangkan politik identik dengan hubungan sesama manusia. Meskipun hakikat dan tujuan politik sendiri adalah jalan menuju kesejahteraan rakyatnya. 

Oleh karenanya, ngopi-ngopi tentang kekuasaan dianggap jembatan kesejahteraan. 

Kemudian disisi lain, Seni merupakan sebuah karya keindahan yang mewarnai dalam kehidupan di dunia apapun itu bentuknya. 

Dan pahala merupakan balasan bagi orang yang beriman dalam menjalankan risalah-risalah tuhan berupa perintah dan larangannya.

Dalam menjalani sebuah kehidupan, tidak mudah menjalankan segala aktivitas tanpa ada peran hubungan sosial dengan sesama, baik yang dekat maupun jauh. 

Dalam sejarah peradaban manusia, politik itu lahir tidak hanya merebut kekuasaan dan bertindak berdasarkan visi-misi satu golongan saja. Karena itu, akan mencederai hak rakyatnya yang sejatinya adalah objek dari seni politik dan bernilai pahala.

Pengertian Politik secara umum yaitu sebuah proses tahapan untuk membentuk posisi jalur kekuasaan, pada hakikatnya politik akan dijadikan oleh masyarakat sebagai jalan yang berguna untuk mengambil keputusan-keputusan yang sejalan dengan kondisi masyarakat. 

Dalam praktiknya, Politik adalah pembentukan dan pembagian kekuasaan untuk masyarakat yang berwujud proses pembuatan keputusan, terkhusus pada negara.

Dilihat dari pengertian secara umum, masyarakat pada dasarnya mempercayai orang-orang pilihannya untuk menjadi pemangku kebijakan dalam suatu kekuasaan. Dari posisi inilah aktivitas politik bertujuan untuk mengangkat kaum tertindas yang termanifestasi dalam hablum minannas.

Merujuk kepada tokoh muslim Yusuf Qardhawi dalam Kamus AlKamil, bahwa politik adalah semua yang berhubungan dengan pemerintahan dan pengelolaan masyarakat madani. Seperti yang kita ketahui, istilah politik tidak pernah ada dalam Islam. 

Akan tetapi, esensi politik ada dalam Islam yaitu memimpin dan dipimpin. Kata Yasusu yang menjadi akar kata As-siyasah dalam hadist sahih dari Iman Bukhari dari Abu Huraira r.a “(Zaman dahulu) bani Israil itu dipimpin oleh para Nabi”. Hadis ini menunjukkan bahwa politik atau As-siyasa dalam Islam berarti masyarakat harus memiliki seseorang yang mengelola dan memimpin mereka ke jalan yang benar, dan membela yang teraniaya dari para pelanggar hukum.

Dalam suatu negara yang menganut sistem politik demokrasi memberikan ruang mengekspresikan seni hidup yang bagi sebagian orang dianggap sangat negatif dan sensitive dalam kehidupan sehari-hari. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang menganut sistem politik demokrasi, penerapannya menginginkan kebebasan partisipasi politik seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam menentukan arah pembangunan bangsa. 

Salah satu perannya yaitu dengan menentukan pemimpinya secara Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber, Jurdil) melalui sebuah pemilihan umum 5 tahun satu kali. Untuk mewujudkan itu maka pemerintah dituntut mampu memfasilitasi penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu dilaksanakan secara langsung umum bebas dan rahasia oleh rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Sebagai seorang muslim, menciptakan kehidupan yang damai dan sejahtera merupakan manifestasi khalifah menjalakan ibadah sosial yang pastinya mendapatkan pahala dari tuhan yang maha esa. Dalam Agama Islam Politik, secara bahasa dalam bahasa Arab disebut as-siyasah yang berarti mengelola, mengatur, memerintah dan melarang sesuatu. Atau secara definisi berarti prinsip prinsip dan seni mengelola persoalan publik. Ruang dan waktu akan menjadi berharga jika manusia mampu berseni dengan segala potensi, yang memiliki Tiga Kuas utama untuk melukis kehidupan ini seindah negeri keabadian, tiga kuas utama itu adalah Kuas Emosional, Kuas Intelegensi, Dan Kuas Spritual sebagai alat utama kesenian beribadah politik. 

Pemimpin mempunyai tanggung jawab, kewajibannya merealisasikan segala Visi-misi kemanusiaan, dan hak yang dipimpin tidak pernah dirampas seperti para durjana haus akan darah. Ingatlah segala pergerakan jiwa dan raga ini beribadah kepada Allah SWT, seperti hakikat tarian-tarian para sufi dizamannya.


Penulis : EF

Editor : Nys

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama