Ilustrasi kaum kelas menengah kebawah masyarakat Indonesia |
Bacadoloe.com - Baru-baru ini nilai tukar Rupiah ditutup dengan melemah 142 poin. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut didorong oleh perkembangan ekonomi AS (Amerika Serikat).
Mata uang Rupiah turun anjlok sampai di kisaran Rp 15.266 dolar AS. Hal tersebut diketahui dari rilis terakhir pada Rabu sore, (28/09/2022).
Bahkan mata uang Rupiah diprediksi akan terus mengalami pelemahan sepanjang 2023.
Dan Pelemahan Rupiah didorong oleh perkembangan ekonomi AS yang ditandai dengan kenaikan Fed Fund Rate.
Di sisi lain, salah satu pemicu faktor pelemahan nilai tukar Rupiah disebabkan oleh Organiaation for Economic Co-opertion and Development menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2023. Hal ini sekaligus menjadi alarm banyak negara Eropa, As, China dan yang lainnya dapat menghadapi Resesi.
Sementara Bank Dunia membuat rilis terbaru juga berkaitan dengan status warga Indonesia. Disebutkan bahwa 13 juta orang kelas menengah bawah jatuh miskin.
Hal tersebut berdasarkan ketentuan Bank Dunia mengenai hitungan kemampuan daya beli (Purchasing Power Parities/PPP) mulai periode musim gugur 2022.
Berdasarkan perhitungan 2017, Bank Dunia membuat batasan pendapatan orang yang tergolong miskin menjadi US$, 15 per orang dalam sehari 32.812. Perlu diketahui, sebelumnya garis ekstrem kemiskinan ada di level US$ 1,90 per hari.
Terbaru, Bank Dunia juga menentukan batas untuk kelas penghasilan menengah ke bawah dinaikkan dari US$ 3,20 menjadi US$ 3,65 per hari atau sekitar Rp 55.702,65.
Sementara itu, untuk penghasilan kelas menengah ke atas (upper-middle income class), dinaikkan oleh Bank Dunia dari US$ 5,50 menjadi US$ 6,85 per orang dalam sehari atau sekitar Rp 104.000.
Dengan begitu, tercatat ada sebanyak 13 juta orang Indonesia kelas menengah bawah turun kasta menjadi kelas miskin. Faktor yang sangat penting dari perubahan ini adalah karena berubahnya tingkat harga.
"Kenaikan harga akan membuat kemampuan daya beli berkurang dan meningkatkan angka kemiskinan," Tulis Bank Dunia.
Pewarta : Adit
Editor : Nys