Mendikbud Ristek Nadiem Makarim, saat raker bersama Komisi X DPR RI |
Bacadoloe.com - Rapat kerja Komisi X DPR RI bersama Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim diwarnai aksi protes.
Para politikus di Komisi X yang membidangi pendidikan ini ramai-ramai menyerang Nadiem Makarim.
Mereka protes karena Nadiem Makarim dengan bangganya menyampaikan kalau platform digital Kemendikbud Ristek mendapat pujian dunia internasional di Markas Besar PBB.
"Mas Nadiem bisa bangga karena mendapatkan tepuk tangan dari dunia internasional, tetapi kami belum bisa memberikan tepuk tangan," kata Ferdiansyah, politikus Golkar dalam raker yang digelar Senin 26 September.
Dia menyebutkan apa yang disampaikan Nadiem di PBB itu, tidak melihat kondisi riil di lapangan. Sampai saat ini sarana prasarana sekolah masih sangat terbatas.
"Transformasi digital yang Mas Nadiem bilang itu bagi kami hanya rencana," ungkapnya.
Dia juga menyoroti keberadaan 400 tim bayangan yang dielu-elukan Nadiem. Pernyataan tersebut kembali membuat keresahan.
"Tolong jangan pindahkan keresahan yang Mas Nadiem buat ke DPR RI," tegasnya.
Kritikan juga disampaikan Andi Muawiyah Ramly. Politikus PKB ini menilai sejak Nadiem Makarim menjadi menteri, sudah empat keresahan yang dibuat.
Hal ini menurutnya terhitung Menteri Pendidikan tersebut sejak awal sampai saat ini bikin keresahan terus.
"Saya catat ada empat keresahan yaitu soal sejarah, organisasi penggerak, RUU Sisdiknas, dan shadow team," terangnya.
Dia tidak puas dengan penjelasan Nadiem soal shadow team yang diklasifikasi menjadi mirror alias cermin.
Djohar Arifin Husin, anggota Komisi X dari Fraksi Gerindra juga menyematkan Nadiem pembuat keresahan.
Tak dipungkiri, ada banyak guru honorer menangis karena kebijakannya berubah-ubah.
Menurutnya episode satu belum dimengerti sudah ditambah dengan episode-episode selanjutnya yang bikin kalangan pendidikan kebingungan.
"Kami tahu Mas Menteri ini pintar sekali, tetapi kami juga enggak bodoh-bodoh banget. Jadi, tolong jangan bikin keresahan-keresahan lagi," pungkasnya.
Pewarta : Edi Supriyanto
Editor : Nys