Kapten Piere Tendean dan Rukhmini saat masih muda (Instagram) |
Bacadoloe.com - Kisah cinta kapten Piere Tendean dan Rukhmini, mereka menjalani hubungan beda agama dan menjalin hubungan jarak jauh, mempersiapkan acara pernikahan bulan November 1965, namun mimpi itu sirna karena peristiwa G30S PKI.
Piere Tendean sejak awal dikenal sebagai seorang prajurit yang disiplin. Selain itu, Ia juga dikenal cuek walaupun banyak digandrungi gadis-gadis semenjak menjadi taruna.
Dari sekian banyak gadis-gadis yang mengejar kapten Piere Tendean, justru dirinya tertarik pada Rukhmini.
Kebersamaan sepasang kekasih ini juga tidak lama harus terpisah karena Piere Tendean mendapat panggilan sekolah intelijen untuk ditugaskan ke operasi Dwikora.
Tak lama setelah itu, kapten Piere Tendean dibebastugaskan dari Dwikora.
Rukhmini senang menerima kabar kekasihnya tak lagi bertugas dalam operasi Dwikora. Sebab selama dalam operasi tersebut, mereka menjalani hubungan jarak jauh, dengan berkomunikasi lewat surat menyurat.
Ketika terjadi pengepungan rumah Jenderal Nasution pada malam 30 September 1965, Kapten Piere Tendean tidak sedang dalam tugas piket. Dia telah menyerahkan tugas jaja kepada Komisaris Polisi Hankam Mansyur.
Tidak jelasnya instruksi operasi kepada pasukan Tjakrabirawa, membuat mereka salah tangkap karena tidak mengenali Jenderal Nasution. Akhirnya mereka membawa Kapten Piere Tendean.
Karena peristiwa penculikan Jenderal tersebut, Rukhmini akhirnya harus mengubur dalam-dalam rencana pernikahannya dengan Kapten Piere Tendean.
Pernikahan yang direncakan akan dilangsungkan bulan November, tepat 2 bulan sebelum pernikahan, Piere Tendean tewas pada malam 30 September saat peristiwa G30S PKI.
Lettu Pierre Tendean dikenal sebagai The Rising Star di lingkungan TNI AD pada masanya.
Sementara profil dan rekam jejak Kapten Pierre Tendean hingga menjadi ajudan Jenderal AH Nasution:
Pierre Andries Tendean, merupakan anak dari pasangan AL Tendean, seorang dokter dari Minahasa, dan ME Cornet, wanita Indo berdarah Prancis.
Sejak kecil, Pierre Tendean memang sudah bulat tekadnya untuk menjadi seorang prajurit tentara.
Orang tuanya sempat lebih mengarahkan Pierre Tendean untuk menjadi seorang dokter atau insinyur. Namun tekad yang kuat dari Piere Tendean meluluhkan hati orang tuanya.
Ia kemudian masuk di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung pada 1958. Setelah lulus pada 1961, Pierre Andreas Tendean berpangkat letnan dua.
Setelah setahun bertugas di Medan, Pierre Tendean pun menjalani pendidikan intelijen di Bogor setelah bertugas dari operasi Dwikora.
Selesai dari pendidikan intelijennya, Kapten Pierre Tendean menjadi seorang mata-mata.
Bahkan sempat ditugaskan melakukan penyusupan saat adanya konfrontasi Indonesia-Malaysia.
Berkat kerja keras dan kemampuannya, Pierre Andreas Tendean dipandang sebagai The Rising Star TNI. Yang kemudian dibuktikan dengan diangkatnya menjadi ajudan Jenderal Nasution.
Penulis : Khoirus
Editor : Nys