Kisah Aktivis Jalanan Jadi Tenaga Ahli Pemberdayaan Di Bondowoso

Andiono Putra TA Pemberdayaan di Kabupaten Bondowoso

Bacadoloe.com - Andiono Putra. Lahir di Kota Tape Bondowoso, yang sekarang juga dikenal dengan BRK, Bondowoso Republik Kopi. Putra pasangan Sualit dan Sutarmi, ini lahir pada 16 Mei 1982 usia yang tidak muda lagi tentunya ya, kira-kira sudah 40 tahun. 


Andiono Putra, yang juga sering disapa Cak Andi atau Cak Dion ini, sehari-seharinya aktif sebagai Tenaga Ahli Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) pada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT). Wah keren ya?


Tapi, tugasnya bukan di Jakarta sana. Cak Dion masih tetap di tanah kelahirannya, di Bondowoso. Karena di Kabupaten, posisinya disebut sebagai TAPM: Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat. Kalau di Jakarta, beda lagi. Namanya, TAU: Tenaga Ahli Utama. Di Provinsi disebut TAM: Tenaga Ahli Madya. 


Tentu saja jabatan yang diraih suami Aulia Nur Hidayah ini Istri Cak Dion, yang juga sama-sama jebolan IAIN Jember, tidaklah semudah yang kita bayangkan. Apa bayangan kita? Pasti yang kita pikirkan, kita lulus langsung dapat pekerjaan yang nyaman. Iya, kan? Ayo ngaku. Hehee.


Cak Andi meraih posisi strategis tersebut butuh waktu panjang. Sejak kuliah 2001, Mahasiswa Prodi Ahwalus Syakhsiyyah Jurusan Syariah yang lulus pada 2006 ini, sudah “menghibahkan” dirinya sebagai kader pemberdayaan. Itu dilakukannya sejak menjadi aktivis PMII. Kenapa demikian? Karena sejak di PMII, seniornya kerap menguji mentalnya dengan pertanyaan: Sehari selama 24 jam, berapa jam yang engkau berikan waktumu untuk berfikir dan mengurus kader PMII?”


Sikap mental demikian itu, tertanam kuat dalam diri Cak Andi. Sehingga, ayah 2 putra ini (Muh Rafa Azka  dan Muh Fakhri el Fatih), selama prosesnya di PMII, terus aktif melakukan pemberdayaan. Peningkatan kualitas dan kapasitas diri pada kader-kadernya, dilakukannya dengan penuh istiqomah. Prinsipnya, senior yang berhasil adalah jika kader-kadernya lebih baik dari dirinya.


Sembari terus mendorong kader-kadernya untuk maju dan berkembang, Cak Andi juga melanjutkan pengabdian pada masyarakat dan bangsaanya. Jika di bangku kuliah model pemberdayaan pada mahasiswa dilakukannya dengan mengadakan diskusi, pelatihan, training of trainer, maka di luar kampus Cak Andi menata jaringan dengan banyak aktivis NGO (Non Government Organization) atau organisasi non pemerintah atau yang juga disebut LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). TOT di Trawas, Mojokerto, bersama puluhan penggerak masyarakat dan NGO pernah diikutinya selama dua (2) minggu. Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bersama senior juga pernah dilakukannya. Namanya RED (Research, Education and Development) for Indonesian, Jember.


Rupanya, gerak dinamis yang dilakukan sejak bangku kuliah bersama PMII dan aktivis NGO ini yang kemudian mengukuhkan spirit pemberdayaan dalam dirinya. Di antara banyak pekerjaan sosial yang pernah diikutinya, antara lain: Asisten Manajer pada program Konversi Minyak Tanah ke LPG di Kecamatan Ambulu, Wuluhan dan Tempurejo (PT SKA, Surabaya-Pertamina/2009); Staf Lapang Program Aksi Pencegahan Pekerja Anak Melalui Layanan Pendidikan (LPKP Jatim-ILO/2010); Fasilitator Kabupaten pada Program as Facilitator for Complaint Survey and Multistakeholder Forum Strengthening Capacity (LPKP Jatim-KINERJA USAID/2011); Koordinator Program Laki-Laki Peduli/ManCare+ (PKBI Jawa Timur-WPF Belanda/2013-2015); Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (Kementerian Desa PDTT/2016-Sekarang).


Di luar pekerjaan profesional itu, Mahasiswa Pascasarjana Prodi Ekonomi Syariah IAIN Jember ini juga “nyambi” sebagai“Pengabdi Profesional. Loh, kok? Penasaran, ya, sama istilahnya? Hehee. Kata Alumni SDN Badean 3 Bondowoso (1995) ini, pekerja profesional adalah mereka yang dari pekerjaannya mendapat gaji. Itu yang digunakan untuk sangu hidup di dunia. Sedangkan pengabdi professional adalah mereka yang menghibahkan hidupnya untuk mengabdi pada masyarakat. Misalnya, jadi Pengurus NU. Tidak digaji, tidak mendapatkan upah, tapi bisa digunakan untuk bekal”dunia-akhirat. “Kita di NU hanya ngalap berkah. Jadi bukan nunut urip”, ungkapnya.


Sesekali, di sela-sela diskusi dengan jurnalis bacadoloe.com, Cak Andi bergurau. Jika di P3MD Kementerian Desa dirinya menjadi TA, Tenaga Ahli, maka di Nahdlatul Ulama (NU) ia mengaku juga sama-sama menjadi TA, yaitu Tenaga Ahlussunnah wal Jamaah. Hehee. Bisa aja alumni ini.


Ketua PC LTN NU Bondowoso ini sejak 2016 hingga 2019 menjadi Koordinator Tenaga Ahli P3MD Kabupaten Bondowoso. Lebih dari 100 orang yang ia menej agar tugas-tugas di lapangan berjalan dengan baik dan mendatangkan manfaat pada masyarakat Desa. Tapi pada 2020 ini, ia mengaku, ingin fokus pada bidangnya saja, yaitu sebagai TA PED, Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa.


Sobat Media bacadoloe.com, pernah dengar nama P3MD pada Kementerian Desa, nggak?  Tapi kalau Dana Desa, tahu, kan? Itu, loh. Di Desa-Desa kita, kan, banyak pembangunan. Bangun jalan paving, plengsengan, gedung kesehatan. Termasuk pemberdayaan masyarakat dengan memberikan bantuan alat, pelatihan keterampilan, penguatan ekonomi melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan lain sebagainya. Semuanya di Desa. Baik perencanaannya, pelaksanaannya, maupun pelaksanaannya.


Atau, ada yang pernah jalan-jalan ke destinasi wisata yang ada di Desa? BUMDes sekarang banyak juga yang mengelola Wisata Desa. Jadi, yang ingin rekreasi saat liburan, tidak usah jauh-jauh keluar kota. Di Desa masing-masing sudah banyak. Hitung-hitung, ini bagian dari gerakan mahasiswa kembali ke Desa. Nah, giat-giat semacam itu yang didampingi oleh Cak Andi. Mengarahkan semua potensi yang ada di Desa, agar bermanfaat bagi masyarakat Desa.


Selain mendengar kabar kesuksesan alumni, kita tentu saja ingin mendapatkan kiat sukses agar kita-kita yang muda ini bisa meniru jejaknya. Paling tidak, spirit beliau hingga mendapatkan amanah sebagai Tenaga Ahli P3MD di Kementerian Desa juga menular, khususnya pada Sobat Media bacadoloe.com.


Ini penting. Karena sejak sebelum lulus kuliah, Cak Andi yang lulusan SMPN 3 Bondowoso (1998) dan SMKN 1 Bondowoso (2001) ini lama berkarir di dunia jurnalistik. Pers kampus hingga menelurkan banyak penulis dilakukannya. Banyak buletin terbit pada masanya. Karir profesionalnya sebagai Redaktur Majalah Khittah NU Jember (2006/2009); Reporter Radio KIS FM Jember (2007/2008); Editor penerbit Pena Salsabila, Jember; hingga menjadi Pimpinan Redaksi Majalah Mitra Pendidikan (Dewan Pendidikan Bondowoso) dan Buletin Tradisi yang diterbitkan Presiden BRK KH Amin Said Husni di Kabupaten Bondowoso beberapa tahun lalu.


“Bagi kader-kader muda. Ayo, ke depan, rangkai niat sukses itu dengan terus berjejaring. Dengan sesama sahabat, dengan sesama senior, dengan sesama alumni, harus terus bergandengan tangan. Apa yang bisa kita kerjakan, selesaikan. Apa yang bisa kita lakukan, tuntaskan jangan hanya pandai mengkritik Tapi beri solusi kepada Bangsa kita ini dengan memberikan yang terbaik yang bisa kita berikan,” pungkas Andiono Putra 


Pewarta: Edi Supriyanto

Editor : Nys


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama