Bahaya! Akibat Resesi Global, Jokowi Sebut Akan Ada 'Badai Besar' Tahun Depan

Pidato Presiden Jokowi saat membahas resesi global di depan menteri dan kepala daerah (Instagram)

Bacadoloe.com - Presiden Jokowi saat memberi pengarahan kepada seluruh Menteri atau Kepala lembaga,Kepala Daerah, Pangdam, dan Kapolda di Jakarta berulang kali mengatakan kondisi ekonomi dunia makin tidak pasti.


Bahkan tahun depan Jokowi sudah memberi warning bahwa kondisi dunia 'akan gelap' dan akan ada badai besar yang akan menghadang karena resesi global.


"Mengenai ketidakpastian ini, dan tiap hari kita selalu diingatkan dan kalau kita baca baik di media sosial di media cetak, di media online semuanya mengenai resesi global, tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap, dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi," kata Jokowi di JCC, Jakarta.


Senada dengan Jokowi, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa Indonesia saat ini menghadapi tantangan akibat efek domino dari tensi geopolitik yang masih terus memanas dan tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir.


"Dari berbagai laporan yang kami lihat, kondisi geopolitik ini masih sangat berpengaruh dalam beberapa waktu ke depan dan tidak bisa dihindari akan menekan dunia secara global," kata Luhut Binsar saat Pertemuan Presiden Jokowi.


Ada 3 ancaman yang akan dialami Indonesia menurut Menteri keuangan Sri Mulyani diantaranya:


Yang pertama kata Sri Mulyani adalah mengenai pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir. Banyak Negara saat ini masih dihadapkan dengan penambahan kasus baru dan terjerat luka memar atau scaring effect pasca Covid-19.


Yang kedua lanjutnya perubahan iklim. Ia menegaskan masalah ini bukan akan terjadi di masa depan, melainkan sudah terasa mulai sekarang.


Yang ketiga adalah perang antara Rusia dengan Ukraina.


"AS adalah negara terbesar ekonomi, China kedua ekonominya dan Eropa region atau Rusia negara yang tidaklah kecil. Jadi tensi tinggi perang yang terjadi jelas jadi suatu ketidakpastian," kata Sri Mulyani dalam acara UOB Economic Outlook.


Semua persoalan ini, menurut Sri Mulyani, tidak hanya akan berdampak pasar keuangan. Akan tetapi juga menyasar sisi yang dibutuhkan masyarakat umum, seperti energi sampai pangan.


Menilik pasar keuangan yang dikatakan Sri Mulyani, Baru-baru ini nilai tukar Rupiah ditutup dengan melemah 142 poin. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut didorong oleh perkembangan ekonomi AS (Amerika Serikat). 


Mata uang Rupiah turun anjlok sampai di kisaran Rp 15.266 dolar AS. Hal ini diketahui dari rilis terakhir pada Rabu sore, (28/09/2022). 


Bahkan diprediksi mata uang Rupiah akan terus mengalami pelemahan sepanjang 2023. 


Dan Pelemahan Rupiah didorong oleh perkembangan ekonomi AS yang ditandai dengan kenaikan Fed Fund Rate. 


Sementara itu Bank Dunia membuat rilis terbaru juga berkaitan dengan status warga Indonesia. Disebutkan bahwa 13 juta orang kelas menengah bawah jatuh jadi miskin. 


Hal tersebut berdasarkan ketentuan Bank Dunia mengenai hitungan kemampuan daya beli (Purchasing Power Parities/PPP) mulai periode musim gugur tahun 2022.


Berdasarkan perhitungan tahun 2017, Bank Dunia membuat batasan pendapatan orang yang tergolong miskin menjadi US$, 15 per orang dalam sehari 32.812. Yang perlu diketahui, sebelumnya garis ekstrem kemiskinan ada di level US$ 1,90 per hari. 


Data terbaru, Bank Dunia juga menentukan batas untuk kelas penghasilan menengah ke bawah dinaikkan dari US$ 3,20 menjadi US$ 3,65 per hari atau sekitar Rp 55.702,65.


Sementara itu, untuk penghasilan kelas menengah ke atas (upper-middle income class), dinaikkan oleh Bank Dunia dari US$ 5,50 menjadi US$ 6,85 per orang dalam sehari atau sekitar Rp 104.000.


Dengan begitu, tercatat ada sebanyak 13 juta orang Indonesia kelas menengah bawah turun kasta menjadi kelas miskin. Faktor yang sangat penting dari perubahan ini adalah karena berubahnya tingkat harga. 



Pewarta : Nur

Editor : Yasit

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama